Sabtu, 02 Juni 2012

Pilihan Tak Mudah



Saat itu terlontar tanya, ”kanan atau kiri?” Dengan bingung kutimpal dengan pertanyaan, “Kenapa kau tanyakan padaku?” Tentu saja aku tak bisa menjawabnya. Aku hanya seseorang yang kebetulan melintas dan aku bukan siapa-siapa. Bukan aku, dia, atau bahkan mereka yang bisa memberikan jawaban.
Hatimu yang bisa menjawabnya. Kau berkata bahwa hatimu lelah, dan bahkan lenyap termakan waktu. Tapi kau salah! Jika memang sudah musnah, tak mungkin kau rasa kebimbangan ini, tak mungkin kau ragu akan pilihan ini.
Lihatlah disampingmu, kau berjalan diantara jurang dalam. Dan kau harus sadar bahwa pilihan sebenarnya adalah bukan kanan atau kiri, melainkan maju atau mundur.
Jika kau memilih untuk mundur, maaf, aku hanya bisa menunggu di titik ini dan menunggu. Aku bukanlah orang yang sabar, aku bukan orang yang pandai menyibukan pikiranku hanya untuk menunggu. Terlebih untuk menunggu ketidakpastian dan kemustahilan. Saat aku mulai jengah dan lelah, aku akan beranjak mengayunkan kaki untuk mencari bagian hidupku yang hilang. Meninggalkanmu bersama kenangan singkat itu.
Pernah kau bersikeras bahwa maju bukan pilihan. Bukalah matamu dan kau akan mengerti bahwa maju adalah juga sebuah jalan. Memang tak mudah menaiki jalan terjal ini. Aku tahu betapa sulitnya dan kuakui memang tak akan pernah menjadi mudah. Kau akan bernafas satu atau dua saja. Jantungmu akan sering lumpuh tak berdetak.
Tapi jika kau memilih untuk maju. Berjuanglah! Kau akan selalu temukanku disampingmu yang sedang berjalan seirama. Kau akan selalu temukanku dibelakangmu yang sedang mendorongmu saat kau mulai lelah. Kau akan selalu melihatku yang tak lebih dari selangkah di depanmu untuk beri semangat. Dan kau akan selalu temukanku sedang memapahmu jika langkahmu mulai goyah.
Sayangnya, kau tak mau memilih.
Hei ingatlah, ini hidupmu bukan hidupku! Berkali-kali harus kuingatkan bahwa aku hanya orang asing yang tak punya hak apa-apa tentangmu. Kenapa kau paksa aku yang memilih? Kenapa kau bisa berfikir aku bisa memilihkan jalan untukmu? Apa yang sebenarnya kau inginkan? Ketahuillah, aku bukan cenayang yang bisa membaca pikiranmu.
Dengan terpaksa, aku yang harus memilih.
Membuat keputusan untukmu bukanlah hal yang mudah. Sama sulitnya dengan bernafas di ruangan hampa udara yang akan membuatku paru-paru dan jantungku hancur untuk sekian selang waktu. Aku bahkan bisa mati jika tak berhati-hati.
Dan ini pilihan yang harus kuambil untukmu.
Mundur dan kembalilah. Karna aku tak ingin kau terjebak di sini. Aku rasa kau belum siap untuk meneruskan perjalanan ini. Masih banyak yang belum tuntas dan masih tertunda di bawah sana. Selesaikanlah, jangan sampai ada yang tersisa.
Jika suatu saat kau yakin dengan kenyamanan yang ditawarkan di bawah sana, tak perlu kau melewati terjalnya jalan ini.
Tapi jika kau sadar di bawah sana bukan tempatmu, beranjaklah dan temukan tempat baru!
Untuk saat ini, aku masih di titik ini mengawasimu dari kejauhan. Belum bisa kulanjutkan perjalanan karna aku masih ingin menikmati berharganya kenangan. Kubuka ranselku dan mulai membuat tenda. Bekalku masih banyak dan aku tak di buru waktu.
Tapi seperti kataku tadi, kadang aku bosan dan tak sabar. Saat bosan dan tak sabar mulai menyerang bertubi-tubi, tanpa ragu akan kumulai lagi perjalanan. Meninggalkanmu tanpa akan menoleh kebelakang.
Dan jika ternyata kau memilih untuk beranjak tapi tak temukanku. Tak perlu ada sesal. Akan ada orang lain yang akan temanimu.
Dan jika kau menemukanku yang masih menetap, kan kusambut kau dengan senyuman. Senyuman yang lebih indah dari pelangi di pagi hari. Raih tanganku, dan kita mulai lagi awal yang baru.