Saat itu terlontar tanya, ”kanan
atau kiri?” Dengan bingung kutimpal dengan pertanyaan, “Kenapa kau tanyakan
padaku?” Tentu saja aku tak bisa menjawabnya. Aku hanya seseorang yang
kebetulan melintas dan aku bukan siapa-siapa. Bukan aku, dia, atau bahkan mereka
yang bisa memberikan jawaban.
Hatimu yang bisa
menjawabnya. Kau berkata bahwa hatimu lelah, dan bahkan lenyap termakan waktu.
Tapi kau salah! Jika memang sudah musnah, tak mungkin kau rasa kebimbangan ini,
tak mungkin kau ragu akan pilihan ini.
Lihatlah disampingmu, kau
berjalan diantara jurang dalam. Dan kau harus sadar bahwa pilihan sebenarnya
adalah bukan kanan atau kiri, melainkan maju atau mundur.
Jika kau memilih untuk
mundur, maaf, aku hanya bisa menunggu di titik ini dan menunggu. Aku bukanlah
orang yang sabar, aku bukan orang yang pandai menyibukan pikiranku hanya untuk
menunggu. Terlebih untuk menunggu ketidakpastian dan kemustahilan. Saat aku
mulai jengah dan lelah, aku akan beranjak mengayunkan kaki untuk mencari bagian
hidupku yang hilang. Meninggalkanmu bersama kenangan singkat itu.
Pernah kau bersikeras bahwa
maju bukan pilihan. Bukalah matamu dan kau akan mengerti bahwa maju adalah juga
sebuah jalan. Memang tak mudah menaiki jalan terjal ini. Aku tahu betapa
sulitnya dan kuakui memang tak akan pernah menjadi mudah. Kau akan bernafas
satu atau dua saja. Jantungmu akan sering lumpuh tak berdetak.
Tapi jika kau memilih untuk
maju. Berjuanglah! Kau akan selalu temukanku disampingmu yang sedang berjalan
seirama. Kau akan selalu temukanku dibelakangmu yang sedang mendorongmu saat
kau mulai lelah. Kau akan selalu melihatku yang tak lebih dari selangkah di depanmu
untuk beri semangat. Dan kau akan selalu temukanku sedang memapahmu jika
langkahmu mulai goyah.
Sayangnya, kau tak mau
memilih.
Hei ingatlah, ini hidupmu
bukan hidupku! Berkali-kali harus kuingatkan bahwa aku hanya orang asing yang
tak punya hak apa-apa tentangmu. Kenapa kau paksa aku yang memilih? Kenapa kau
bisa berfikir aku bisa memilihkan jalan untukmu? Apa yang sebenarnya kau
inginkan? Ketahuillah, aku bukan cenayang yang bisa membaca pikiranmu.
Dengan terpaksa, aku yang
harus memilih.
Membuat keputusan untukmu
bukanlah hal yang mudah. Sama sulitnya dengan bernafas di ruangan hampa udara
yang akan membuatku paru-paru dan jantungku hancur untuk sekian selang waktu. Aku
bahkan bisa mati jika tak berhati-hati.
Dan ini pilihan yang harus
kuambil untukmu.
Mundur dan kembalilah. Karna
aku tak ingin kau terjebak di sini. Aku rasa kau belum siap untuk meneruskan
perjalanan ini. Masih banyak yang belum tuntas dan masih tertunda di bawah
sana. Selesaikanlah, jangan sampai ada yang tersisa.
Jika suatu saat kau yakin
dengan kenyamanan yang ditawarkan di bawah sana, tak perlu kau melewati
terjalnya jalan ini.
Tapi jika kau sadar di bawah
sana bukan tempatmu, beranjaklah dan temukan tempat baru!
Untuk saat ini, aku masih di
titik ini mengawasimu dari kejauhan. Belum bisa kulanjutkan perjalanan karna
aku masih ingin menikmati berharganya kenangan. Kubuka ranselku dan mulai
membuat tenda. Bekalku masih banyak dan aku tak di buru waktu.
Tapi seperti kataku tadi,
kadang aku bosan dan tak sabar. Saat bosan dan tak sabar mulai menyerang
bertubi-tubi, tanpa ragu akan kumulai lagi perjalanan. Meninggalkanmu tanpa
akan menoleh kebelakang.
Dan jika ternyata kau memilih
untuk beranjak tapi tak temukanku. Tak perlu ada sesal. Akan ada orang lain
yang akan temanimu.
Dan jika kau menemukanku
yang masih menetap, kan kusambut kau dengan senyuman. Senyuman yang lebih indah
dari pelangi di pagi hari. Raih tanganku, dan kita mulai lagi awal yang baru.